Data Facebook Bocor, Bagaimana Nasib Data Pengguna Grab?

Ilustrasi

Pekan ini, dunia teknologi diguncang skandal kebocoran data 50 juta pengguna Facebook melalui Cambridge Analytica. Data tersebut diam-diam diambil lalu digunakan untuk kepentingan politik, tanpa sepengetahuan sang empunya maupun Facebook.

Media sosial pun bukan satu-satunya layanan online yang mengumpulkan data pengguna. Layanan on-demand berbasis aplikasi macam Grab juga melakukannya karena data menjadi bagian yang sangat penting dalam operasional sehari-hari, entah berupa nama, nomor telepon, lokasi, dan lain-lain.

Pada awal 2016 lalu, kebocoran data pelanggan sempat menimpa salah satu penyedia layanan on-demand berbasis aplikasi di Indonesia. Akibatnya, berbagai informasi pelanggan bisa diakses oleh hacker, termasuk rute yang dilalui sehari-hari.

Mengenai kekhawatiran tersebut, Head of Data Grab, Ainun Najib menjamin bahwa data pengguna yang dikumpulkan Grab akan diamankan semaksimal mungkin, sehingga tak bisa diakses atau disalahgunakan oleh pihak lain.

Saya pribadi ikut menangani. Grab akan melindungi data dan privasi pelanggan. Itu prinsip yang tidak bisa ditawar-tawar, ujar Ainun ketika berbincang dengan wartawan di kantor Grab, bilangan Kuningan, Jakarta, Kamis (22/3/2018).

Menurut Ainun, Grab memiliki tim information security khusus. Tugas mereka adalah mengamankan data pelanggan dari kebocoran maupun pencurian.

Selain itu, mulai pertengahan 2017, Grab juga menggelar program bug bounty ala perusahaan-perusahaan teknologi silicon valley.

Lewat kerja sama dengan komunitas HackerOne yang jasanya antara lain turut dipakai oleh Google dan Microsoft, Grab memberi iming-iming hadiah uang untuk hacker yang bisa menemukan celah kamanan di sistem Grab.

Jumlah reward yang dijanjikan antara 100 dollar AS (Rp 1,3 juta) hingga 10.000 dollar AS (Rp 137 juta), tergantung tingkat keparahan celah keamanan yang ditemukan.

Dengan demikian, Grab bisa ikut mendapat input untuk meingkatkan sekuriti dari para hacker eksternal, selain lewat pengawasan tim keamanan perusahaan.

Grab beroperasi lintas negara di kawasan Asia Tenggara. Selain Indonesia, layanan yang berbasis di Singapura ini juga bisa ditemukan di Malaysia, Thailand, Filipina, Myanmar, Vietnam, dan Kamboja.

Ainun mengatakan, Grab selalu berupaya mematuhi hukum perlindungan data pribadi di negara-negara yang telah memiliki undang-undang terkait hal tersebut, di samping aturan lokal lainnya yang berlaku.

Belum ada Komentar untuk "Data Facebook Bocor, Bagaimana Nasib Data Pengguna Grab?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel