Grab Akuisisi Uber, Bagaimana Nasib Pengguna dan Driver Uber di Indonesia?

Helm ojek online dijual seharga Rp 45.000 per buah di Jalan Kawi, Jakarta Selatan, Senin (19/3/2018).

JAKARTA, KOMPAS.com - Grab resmi mengakuisisi bisnis ride-sharing Uber di Asia Teng gara. Grab akan mengambil semua aset serta pangsa pasar Uber yang ada di Asia Tenggara, yang meliputi Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam,

Kepastian kesepakatan kedua perusahaan transportasi online diumumkan pada Senin (26/3/2018). Uber akan memiliki 27,5 persen saham di Grab dan Dara Khosrowshahi selaku CEO Uber akan bergabung dengan dewan direksi Grab.

Atas kesepakatan bisnis ini, bagaimana nasib pengguna dan mitra pengemudi (driver) Uber khususnya di Indonesia?

Dalam keterangan resminya, Grab dan Uber menjanjikan akan bekerja sama untuk proses pemindahan mitra pengemudi, penumpang, pelanggan, rekanan pengantaran, hingga merchant yang ada di aplikasi Uber ke aplikasi Grab.

Aplikasi Uber sendiri masih akan beroperasi hingga dua pekan ke depan. Aplikasi dan layanan Uber masih bisa digunakan hingga 8 April 2018 mendatang.

"Aplikasi Uber akan tetap beroperasi selama dua minggu ke depan untuk memastikan stabilitas para mitra Uber, di mana mereka dapat memperoleh informasi lebih lanjut mengenai persyaratan pendaftaran mitraGrabsecara online" ujar Tan Hooi Ling, co-founder Grab dalam pernyataan resmi perusahaan yang diterima KompasTekno, Senin (26/3/2018).

Bagi Anda pengguna Uber bisa mulai beralih ke layanan transportasi online lain, seperti Grab atau Go-Jek. Untuk driver Uber, pihak Grab menyertakan informasi lebih lanjut untuk keberlangsungan status mitra Uber yang akan pindah ke Grab melalui laman www.grab.com/id/comingtogether.

Uber yang hadir di Indonesia sejak tahun 2014 ini memberikan layanan transportasi online, yaitu ojek uberMotor dan empat jenis layanan mobil, uberPool, UberX, UberXL, dan UberBlack. Semua layanan ini akan dilebur dan disesuaikan dengan layanan di aplikasi Grab.

Selain transportasi online, Grab juga akan mengambil alih bisnis pengantaran makanan Uber Eats. Uber Eats sendiri belum hadir di Indonesia, layanan pesan antar makanan baru beroperasi di Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Ke depannya, layanan tersebut akan dileburkan dengan GrabFood yang sudah hadir di dua negara di Asia Tenggara, Indonesia dan Thailand.

Meleburnya bisnis Uber dengan Grab ini membuat persaingan pasar transportasi online semakin ketat khususnya di Indonesia. Go-Jek yang menguasai pasar di tanah air akan mendapat pesaing baru tapi lama, Grab, yang semakin kuat dan lengkap layanannya. (Baca juga : Berapa Jumlah Pengguna dan Pengemudi Go-Jek?)

Ini bukan kali pertama Uber menjual bisnisnya ke pemain lokal. Sebelumnya Uber telah menyerahkan bisnisnya di China, ke Didi Chuxing pada 2016 lalu.

Setelah itu, bisnis di Rusia pun dialihkan ke Yandex pada 2017. Persentase saham yang dipertahankan Uber berbeda-beda. Dengan Didi Chuxing 17,5 persen, sementara dengan Yandex lebih besar, yakni 37 persen, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Bloomberg.

Belum ada Komentar untuk "Grab Akuisisi Uber, Bagaimana Nasib Pengguna dan Driver Uber di Indonesia?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel